9/14/2007

Brightblack Morning Light - s/t



Nathan "Nabob" Shineywater dan Rachael "Rabob" atau "Rabinyah" Hughes adalah dua sahabat sejak kecil yang berasal dari Alabama, dan memulai band (Rainywood) untuk manggung pertama kali di Alabama Green Fest tahun 2001 yang hanya dikunjungi 15 orang-an. Thank god Will Oldham atau Bonnie "Prince" Billy ada disana dan menyaksikan mereka manggung. Will suka, dan instantly menjadi fan. Akhirnya, yeah tentu saja diajak tour bersama. Lucky? not very.

Musik yang dimainkan duo yang akhirnya menamakan dirinya Brightblack Morning Light ini memang membius. Elemen yang digunakan hanya berupa instrumen minimalis, beraroma psychedelic, dengan memasukkan unsur Blues, Soul, R & B, Gospel dan American Roots lainnya. Nabob dengan gitarnya membesut sayatan Alabama Blues yang sangat kental, membalut beat mid-tempo yang seolah ditahan lajunya oleh zat-zat kimia jahat yang mencegah kesadaran. Percussion, brass dan gaungan vokal dua menambah the warmth of the album. Namun core yang disajikan dalam musik mereka ternyata datang dari sweet tones of Fender Rhodes Piano yang dimainkan oleh Rabob. Hmm nggak tepat juga sih kalo dibilang sweet tones, karena hook-hook blues yang dihasilkan Rabob ternyata makin menambah alunan psychedelic 60's menjadi-jadi di udara. Vokal lemah nan malas Nabob seperti memaksa kita untuk terus mengikuti trip sampai habis.

Album ini dimulai dengan "Everybody Daylight", the hit single. Intro bluesy yang disambut raungan duo hippie ini langsung mengajak kita naik ke wagon pelangi yang akan berkeliling taman nirwana. Sinting. Tempo lagu-lagu yang dimainkan di album ini rata-rata sama, terkesan monoton, namun justru the constant beats bikin kita penasaran seperti apa track yang menunggu sesudahnya. "Friend of Time" menyuguhkan lapisan suara wind chime di awal lagu, memberi kesan Summer yang sangat sempurna untuk pergi ke danau dan menyantap beberapa jamur ajaib. Jangan tergesa-gesa beranjak, nikmati saja cool breeze yang datang menghantam kuping mu dari belakang. Jangan pikirkan waktu yang terbuang, karena "Think about time is wasting time" kata Nabob. "Fry Bread" lebih groovy sekaligus gelap, seperti The Doors yang sedang jam session di kuburan tua pada sore hari yang dingin. "Amber Canyon Magik" adalah track yang sadis, nuansanya hangat, dengan mantra yang dihembuskan repeatedly dari sela-sela percussion yang ringan, dan voĆ­la, sweet tines of wind chimes muncul lagi, namun kali ini di akhir lagu yang tiba-tiba mentransformasi aura ruangan menjadi groovy kembali di "Black Feather Wishes Rise". "We Share Our Blanket with the Owl" yang instrumental bernuansa indian mengakhiri album, mengantar kita keluar dari tenda psychedelia dan kembali ke wagon pelangi untuk bangkit dari perjalanan spiritual yang tak terbandingkan ini. Aneh dan agak sedikit membesar-besarkan memang, namun ini adalah kejujuran. I'm telling the right thing, and that's what this music hut is all about. Coolness.

Coolness juga di temukan di diri Nabob dan Rabob. Mereka (yang mengaku memiliki darah Native American somewhere) menolak total kehidupan kota dan lebih memilih hidup di kawasan rural di Carolina Utara, living in tents during the warmer months and a small cabin in the winter.

As written by N. Shineywater and R. Hughes on the Matador website:

"These collections of songs were written by two homeless friends from Alabama while living in tents in rural Northern California. The majority of this recording was completed without a permanent shelter. Our mixed blood holds some American Indian somewhere, but we have no reservation to live. Yet we make a deliberate attempt to be indigenous to the Earth nearby, away from city babylons. Matador Records asked us to record our songs, and this LP is what came of it.

If we travel with friends to your town sharing songs, we are grateful for that. We hope you will be too."

Cool or What?!

1 komentar:

Anonim mengatakan...

a very solid album. and this blog here is fantastic!!! very addictive too : P